Teringat beberapa tahun lalu ketika bermain ‘Truth or Dare’ di sosial media, aku sempat mendapat pertanyaan dari salah satu abang/senior di organisasiku perihal sesuatu yang paling menakutkan untukku. Aku menjawab, ketakutan terbesarku adalah jika aku kehilangan iman (naudzubillah).
Aku bukanlah orang yang paling baik, tapi secara naluri aku ingin menjadi salah satu hamba yang beriman terutama pada Rabbku yang selama aku hidup, Dia memberikan banyak sekali nikmat, keberuntungan, kasih sayang yang aku gak bisa ukur saking besarnya karunia-Nya. Aku merasa hidupku selalu diberikan kemudahan dalam segala hal, sejak aku kecil sampai detik ini aku menuju dewasa. Ada rasa malu luar biasa ketika aku sudah diberikan kemudahan-kemudahan dan kebaikan dalam hidup tapi aku masih terus-terusan lalai dari mengingat dan mengimani-Nya secara sungguh. Aku juga khawatir jika aku terlalu terlena dengan dunia dan kehilangan iman sampai dengan Allah tutup hati ini daripada-Nya dan tanpa sadar aku bermaksiat banyak sampai belum sempat bertaubat (naudzubillah, naudzubillah, naudzubillah).
Menuju dewasa ini, aku menyadari bahwa aku sedang diberikan ujian keimanan yang mana untuk kali pertama aku merasa ujian ini sangat berat. Ya, ujian terberat yang sedang aku hadapi adalah aku akhirnya bertemu dengan sisi terburuk dari diriku sendiri yang belum pernah aku jumpai sebelumnya. Yang menjadi berat adalah ujian ini menyerang hati, tempat dimana perasaan dan batin bermuara. Padahal, hati adalah pusat atau cerminan keimanan manusia yang akan mempengaruhi gerak-gerik/perilaku manusia. Aku ingat sabda Rasulullah yang pernah disampaikan Ustadz Khalid Basalamah dalam kajian yang aku dengar tentang hati;
“Ketahuilah bahwa dalam jasad manusia ada segumpal daging, jika baik maka baiklah seluruh anggota dan jika rusak maka rusaklah seluruh anggota, ketahuilah itulah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis itu terus-menerus terngiang di pikiranku dan membuat aku berusaha untuk lebih aware dengan kondisi hati. Karna apa yang bersarang di hati tidak bisa dilihat dengan mata kepala, maka yang bisa dilakukan hanyalah mengamati tingkah laku dari waktu ke waktu.
Sesungguhnya, seorang yang paling paham tentang kita adalah diri kita sendiri. Aku yang dulu mudah untuk berprasangka baik pada apapun hal yang terjadi maupun pada orang lain, kemarin justru berkebalikan 1800 menjadi orang yang skeptis bahkan mengarah pada pikiran negatif. Aku yang dulu mudah menemukan jalan keluar dari segala persoalan hidup, kemarin justru menjadi terlalu blaming diri dan menyulitkan diri sendiri untuk bangkit dan keluar dari blackhole itu. Aku yang dulu sangat mudah berinteraksi dengan orang lain, kemarin jadi mendadak menarik diri dari semua lingkungan dan memilih menyendiri untuk waktu yang cukup lama. Aku yang dulu sangat ceria dan bersemangat menjalani hari-hari dan pekerjaan, kemarin menjadi kehilangan minat dan daya. Malam-malamku kesulitan tidur, pagiku pikiran kurang fresh, siangku kehabisan tenaga. Sampai pada titik aku menyadari, selain kondisi psikis yang tidak sehat, ini adalah alarm dari Allah SWT untuk aku mendekat lagi pada-Nya lebih sungguh. Ini adalah ujian, aku sedang di uji pada hal yang paling aku takutkan di dunia ini. Dan baru kemarin aku menemukan jawaban yang cukup menenangkan hati dari kajian Ustadz Hanan yang sempat aku dengarkan, ringkasannya kurang lebih seperti ini;
“Ujian yang Allah SWT hadirkan pada manusia memang untuk menguji keimanan manusia. Manusia bisa berkata bahwa dirinya beriman, tapi tentu saja butuh pembuktian dan yang paling berhak menilai adalah Allah SWT. Salah satu ciri orang yang masih memiliki iman adalah dia bersabar dengan ujian yang datang, sedangkan orang yang cenderung mengarah pada hal negatif saat di uji oleh Allah SWT menandakan adanya kemunafikan dalam hatinya.”
Oh MasyaAllah.. dari sini terjawab
sudah pertanyaanku pada diri sendiri ‘aku
harus bagaimana untuk bisa keluar dari blackhole ini?’. Jawabannya; Bersabar, berbenah diri dan terus menanam
kebaikan menjadi mantra baru untuk saat ini. Dan satu lagi, memperbanyak ilmu, utamanya ilmu yang Allah ajarkan.
Last but not least, aku berdoa semoga kita termasuk orang yang beriman, dijauhkan dari sifat munafik dan selalu mendapat rahmat, petunjuk, serta hidayah dari Allah SWT untuk bisa bertahan di jalan yang Allah ridhai, biar bisa selamat dunia dan akhirat sampai nanti di surga Allah bersama-sama, bersuka cita menuai buah dari kebaikan yang kita lakukan di dunia. Aameen -T-

0 komentar