QLC Part 3 - Menyadari dan Menerima Emosi Negatif

By tkkarsm - Mei 07, 2023





Stress, sedih berkepanjangan, marah, merasa gagal, khawatir/cemas adalah beberapa dari bentuk emosi negatif yang semua orang pasti pernah merasakannya. Sesuatu yang sangat lumrah dan justru menandakan bahwa kita benar-benar seorang ‘manusia’.

Denial. Hal yang dulu paling sering saya lakukan adalah denial dengan perasaan-perasaan negatif yang muncul. Denial dengan menganggap ’gak papa kayak gini’, ‘masih baik-baik aja kok, jadi gak papa’, ‘bisaa, pasti bisa’ dan kalimat positivity lainnya.

Sebenarnya tidak sepenuhnya salah, jika kadang saat emosi-emosi negatif itu muncul diredam dengan sugesti positif. Hanya saja, jika terlalu sering dilakukan justru akan jadi bom waktu. Tanpa disadari, sugesti-sugesti positif yang diberikan untuk diri sendiri saat sedang diserang emosi negatif adalah bentuk melarikan diri dari emosi negatif itu. Melarikan diri, tidak mau merasakan emosi negatif padahal secara nyata dan secara alami, emosi negatif itu memang wajar kadang-kala hadir dalam hari-hari kita. Kita harus menyadari dan menerima emosi itu agar bisa mengendalikannya lebih baik.

Setelah melalui fase kecemasan berlebih akibat burnout (read : QLC Part 2) saya akhirnya mempelajari cara bertahan dalam fase yang menguras energi itu, yaitu dengan cara menghadapi emosi negatif secara sadar. Lalu cara sederhana apa yang saya lakukan?


 1. Mengatur Pernapasan

Hal pertama yang bisa saya lakukan saat pikiran tidak karuan dan membuat perasaan ikut kalut adalah dengan mengatur napas. Hampir semua orang yang sedang menghadapi emosi negatif dadanya cenderung lebih sesak untuk bernapas sehingga justru mengundang kecemasan. Tarik napas dalam-dalam dan meniupkan pelan lewat mulut saya lakukan berkali-kali sampai saya merasa lebih tenang dari sebelumnya. Karna saya seorang muslim, seringnya ambil dan buang napas dengan ber-istigfar. Hal ini cukup membantu sedikit meredam emosi sesaat.

 2. Mencari Zona Kondusif Untuk Relaksasi

Cara kedua yang saya lakukan setelah merasa sedikit lapang napasnya adalah dengan cara mencari zona kondusif yang membuat diri lebih rileks. Sepertinya masing-masing orang memiliki pattern berbeda, ada yang rileks dengan berada di tempat yang lapang, ada juga yang justru sebaliknya, lebih rileks dengan tempat yang sepi dan tertutup. Ada yang dengan melihat tanaman hijau, ada yang harus dipeluk, dan lain sebagainya. Saya sendiri sebenarnya cukup unik, tidak tahu kenapa, seringnya ‘jongkok’ sambil merangkul kaki adalah pertolongan kedua yang buat saya lebih merasa tenang. Sepertinya ini bentuk alam bawah sadar saya, saya punya pengalaman saat masih TK takut dengan anjing bukannya lari malah jongkok :D

 3. Diam Bercermin, Mengamati Mimik Wajah Lalu Ngobrol Dengan Diri Sendiri

Setelah jongkok beberapa saat, pikiran saya biasanya jadi lebih kalem, lebih stabil. Lalu saya lanjutkan dengan ke toilet untuk diam bercermin sambil mengamati ekspresi wajah lalu memfokuskan melihat mata. Sejauh ini, menatap mata sendiri lewat cermin bisa juga sedikit menambah energi untuk saya. Alasannya, kalau menatap mata lain takutnya jatuh cinta sih, hehe tolong ini bercanda ygy J

Sambil lihatin mata sendiri, sambil ajak bicara diri sendiri. Saya menyebutnya sesi ‘deep inside’. Misal saya sedang marah, saya akan Tanya ke diri sendiri “Are you okey? Kamu marah kan? Marah gak papa yang penting jangan sampai nyakitin orang lain ya tik.”

Btw, ini biasanya saya cari cermin yang agak besar biar kepala sampai dada terlihat, bukan cermin bedak yaaa :D

 4. Tersenyum Sambil Napas Tenang

Sembari ngomong sama diri sendiri lewat cermin, di penghujung obrolan saya berusaha menampilkan senyuman. Menarik kedua ujung bibir lebih lebar, sedikit ngaruh di dada. Terasa lebih lapang dan tenang. Kadang senyum sambil menepuk pundak juga. Good girl !

 5. Berserah dan Berdoa Minta Kekuatan

Satu waktu ada teman saya pernah berucap, Allah itu maha membolak-balikkan hati manusia Tik. Serahkan semuanya, kembalikan ke Allah kalo kamu ngerasa gak baik-baik aja. Setelah “meresapi” ucapannya, saya bentuk keyakinan dalam hati dan meyakini bahwa Allah memang Maha membolak-balikkan hati. Meskipun sulit bagi saya mengendalikan perasaan emosi, tapi sangat mudah bagi Allah untuk menggenggam hati saya dan memasukkan perasaan lain yang lebih baik ke dalam hati saya.

QS Annisa : 79

Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Maka dari itu, jika setelah berusaha mengendalikan diri tapi masih saja kesulitan, saya sering terngiang kajian Uztad Hanan Ataki, “Tenaaang, ada Allah”. Sampai dengan saat ini sedang membiasakan diri untuk menyerahkan lagi perasaan saya pada Dzat yang Maha Menyempitkan, Dzat Yang Melapangkan (Al-Qabidh Al-Basith) baik itu perasaan negatif, maupun perasaan cinta. Ya walaupun sulit, tapi memang harus dicoba begitu. Karna gak mungkin mengandalkan diri sendiri. Ada Allah di atas seluruh makhluk, yang mana tiap hal sekecil apapun sudah dibilang untuk minta sama Allah pasti Allah kasih, gak terkecuali minta ditenangnkan pikiran dan batinnya saat menghadapi emosi negatif.   


***


Beberapa cara di atas adalah berdasarkan pengalaman yang pernah saya lakukan. Saya bersyukur dan beruntung diberikan titipan sama Allah berupa orang-orang baik dan supportif yang banyak sekali nasihat baiknya saya coba rekam dan coba terapkan sesuai kebutuhan saya. Pada intinya, apa yang saya bagikan ini adalah hasil berdinamika dengan sesama manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Semoga hal baik yang orang-orang pernah titipkan lewat saya juga bisa sampai untuk teman-teman yang membaca ini dan merasa butuh pandangan baru menghadapi emosinya masing-masing dengan cara yang cukup sederhana itu. Jangan lupa ambil baiknya, buang buruknya ya !

 

Noted :

Setiap orang memiliki pattern tersendiri dalam menghadapi emosi negatif pada dirinya. Cari tahu dan mengenali pattern diri sendiri bisa memudahkan kita menghadapi emosi negatif secara mandiri.

Sampai jumpa di part selanjutnya !

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar